Sejarah tambang timah di Belitung memang pantas ditelusuri jejaknya. Timah di bumi kelahiran Andrea Hirata ini sempat menjadi primadona dan komoditas utama yang megnhidupkan perekonomian Belitung. Pertambangan merupakan mata pencaharian penduduk Belitung selain berkebun, berladang, bertani, dan berdagang.
Belitung sendiri terletak di bagian timur Pulau Sumatera dan dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia. Bahkan karena dianggap sebagai sejarah yang berharga, kini dibangunlah museum Timah Indonesia yang mendokumentasikan benda-benda peninggalan terkait pertambangan timah Belitung.
Museum Timah yang Menyimpan Sejarah Tambang Timah di Belitung
Pada tahun 1958, resmi berdiri museum timah Indonesia. Bangunan ini dibuat di kawasan yang dulu dipakai sebagai tempat tinggal karyawan pertambangan timah Banka Tin Winning. Lokaisnya adalah di kota Pangkal Pinang, Jl Jenderal Ahmad Yani no, 17.
Kini, masyarakat bisa melihat rekam jejak pertambangan dan juga berbagai benda peninggalan di dalamnya. Pertambangan timah sendiri sudah ada sejak dulu, sejak Belanda menjajah Indonesia. Bahkan di depan museum, pengnjung akan disambut dengan bor Bangka klasik yang dipakai untuk kegiatan penambangan di jaman itu.
Relief yang menceritakan kisah pertambangan penduduk Belitung juga tergambar di museum. Alat-alat klasik yang digunakan di masa lalu juga terjaga dan dipamerkan di museum tersebut.
Pertambangan Timah di Belitung oleh PT Timah (TINS) Tbk
Meskipun tidak sejaya dulu, namun timah tetap harus dihargai sebagai salah satu asset berharga Belitung. Sejarah tambang timah di Belitung dimulai sejak ratusan lalu. Bagi bangsa Belanda sendiri, timah merupakan salah satu komoditi yang berharga selain komoditi perkebunan.
Perlu Anda tahu bahwa PT. Timah (TINS) Tbk yang adalah salah satu perusahaan besar pertama yang mengolah biji timah di negara Indonesia. Perusahaan ini telah melakukan akitivitas penambangan tiamah sejak abad 18 lalu. Saat itu statusnya adalah perusahaan milik Belanda.
Saat ini, TINS dimiiki oleh BUMN sebagai produsen timah terbesar kedua di dunia. Perusahaan penambangan ini masih beroperasi dan menjadi salah satu sektor yang dibanggakan di Belitung. Kantor penambangan ini ada di Tanjung Gunung.
Teknologi modern sudah dipakai oleh perusahaan dalam mengeksplor alam di Belitung. Jika dulu upaya pengerukan memakai metode kolong, namun saat ini, teknologi ramah lingkungan dipakai untuk menambang. Metode ini memakai teknologi subsurface hydraulic mini by borehole mining.
Dengan aplikasinya, maka masyarakat tak harus menggali tanah hingga dalam. Pipa yang ditancapkan bisa menyedot air ke permukaan tanah dimana timah akan ikut terbawa. Selain lebih mudah, pemakaian alat modern juga mempercepat proses kerja.
Penambangan Timah Oleh Masyarakat
Aktivitas penambangan timah oleh masyarakat Belitung dilakukan baik dengan cara modern maupun tradisional. Ketika mesin pencucian belum jadi, maka masyarakat masih memakai cara-cara yang tradisional. Mereka mencuci timah yang telah didapat dengan mengalirkannya ke sebuah karpet.
Setelah itu, timah akan menggumpal dan terpisah dari pasir yang akan jatuh ke tanah. Baru kemudian, mereka akan mencuci karpet ke tempat lainnya. Timah alluvial yang bersih pun sudah siap diproduksi setelah proses ini selesai.
Produksi timah sendiri di Belitung mengalami pasang surut setiap tahun. Dari perusahaan PT. Timah (TINS) Tbk sendiri mampu memproduksi hingga lebih dari 3.500 ton timah. Dan tentu saja mereka memiliki target lebih besar dari tahun ke tahun.
Itulah tadi sejarah tambang timah di Belitung yang menjadi bagian cerita panjang Belitung. Adanya pertambangan Timah selain membuat masyarakat sejahtera juga menyimpan cerita tersendiri. Kondisi alam di Belitung pun turut berubah akibat pertambangan timah ini.
Line : belitungcantiktravel
